Jumat, 30 Desember 2011

OPTIMISME DAN PESIMIMSI REKAYASA GENETIKA

OLEH:
I WAYAN SURYANEGARA, S.Pd
2011

PENDAHULUAN
            Pergerakan zaman yang semakin modern memungkinkan manusia untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Ilmu pengetahuan yang tidak pernah ada habisnya selalu memberikan jalan keluar terhadap segala permasalahan manusia. Tidak jarang juga terjadi sebaliknya, yang tidak diharapkan yang muncul dan cenderung merugikan bahkan membahayakan.
            Dalam bidang bioteknologi kita mengenal ilmu rekayasa genetika. Ilmu ini memungkinkan manusia menciptakan hewan dan tanaman yang unggul dalam hal ini bermanfaat bagi manusia. Tidak hanya sampai disitu, bahkan keberadaan manusia dimuka bumi ini bisa dating dari rekayasa genetika. Secara teori rekayasa genetika merupakan upaya manusia yang secara sengaja mengubah, memodifikasi, ataupun menambahkan susunan suatu gen dengan material baru pada suatu organisme untuk mendapatkan turunan yang sesuai dengan harapan manusia.
            Perjalanan tehnik ini tidaklah selau berjalan lancar. Bagaikan dua sisi mata uang, adanya pendapat pro dan kontra akan tehnik ini selalu berdampingan. Banyak orang yang memandang secara optimis terhadap berjalannya tehnik ini dengan berbagai harapan dan alasan yang muaranya adalah keuntungan dipihak manusia ditinjau dari berbagai bidang kehidupan. Namun yang memandang pesimis terhadap hal ini juga tidak kalah banyak. Dari 30 artikel berbentuk laporan maupun opini yang muncul antara tahun 1999-2001 di Kompas, hanya tujuh buah yang bernuansa netral atau pro terhadap hasil produk rekayasa genetik. Selebihnya, sangat tendensius. Sebagian besar tulisan menyuarakan nuansa yang sama, produk rekayasa genetika berbahaya.

TANAMAN TRANSGENIK

Penyempitan lahan pertanian, sebgai konsekuensi industrialisasi dan perluasan area perumahan, mengakibatkan praktik pertanian konvensional sudah tidak mampu lagi menopang kebutuhan pangan masyarakat yang terus meningkat. Rekayasa genetika memberikan pemecahan pada permasalahan ini dengan adanya tanaman transgenik.

Secara  ontologi   tanaman transgenik adalah  suatu produk rekayasa genetika  melalui  transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang lebih  baik  dari  tanaman sebelumnya.   Secara epistemologi,  proses pembuatan  tanaman transgenik sebelum  dilepas  ke  masyarakat telah melalui hasil  penelitian  yang panjang, studi  kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan  yang  ketat,  termasuk melalui analisis   dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka  panjang.    Secara aksiologi:  berdasarkan  pendapat  kelompok masyarakat  yang pro dan kontra  tanaman transgenik memiliki manfaat   untuk memenuhi kebutuhan pangan  penduduk,  tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih  besar  manfaatnya atau kerugiannya.
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism (BPPT,2000). Karena berisi transgene tadi, tanaman itu disebut genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa genetika (genetically modified organisms, GMOs).  Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu.  Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu.  Gen Bt ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003). Berikut dipaparkan adanya optimisme dan pesimisme tanaman transgenik.
OPTIMISME TRANSGENIK
            Kelebihan dari proses rekayasa genetika tanaman transgenik dibandingkan dengan pemuliaan tanaman secara tradisional yaitu dalam tanaman transgenik, gen yang dipindahkan dapat diketahui dengan persis dan dapat diikuti "perjalanannya". Tanaman yang tahan terhadap serangga tertentu, tidak begitu banyak memerlukan insektisida, bahan bakar untuk alat semprot, dan tidak ada kaleng bekas insektisida menjadikan tanaman transgenik ramah terhadap lingkungan.
Dapat menjadi bahan renungan bagi kita, saat ini enam puluh persen benih yang dijual di Amerika adalah benih hasil rekayasa genetika. Tak heran, jika sejak 1992 pertumbuhan industri bioteknologi mengalami pertumbuhan lebih dari tiga kali lipat. Dengan peningkatan pendapatan dari 8 miliar dolar AS di tahun 1992 menjadi 27,6 miliar dolar AS di tahun 2001.
Bukan hanya itu, industri bioteknologi telah menyediakan lapangan kerja bagi 179.000 orang, jumlah ini lebih banyak dari jumlah pekerja di bidang makanan, mainan, dan jasa. Inilah kemajuan bioteknologi yang kita harapkan. Coba kita cermati apa yang dikatakan William Shakespeare dalam Measure for Measure, keraguan adalah pengkhianatan, membuat kita kehilangan peluang untuk menang karena rasa takut untuk mencoba. Ya, dari totipotensi telah menjadi potensi bisnis.
Ilmuwan protanaman GM bersikukuh, racun Bt cuma membunuh ulat tertentu, dan tidak mampu membunuh hewan lain maupun manusia yang mengkonsumsi jagung Bt.  Tidak perlu mengkhawatirkan nasib serangga berguna, predator pemangsa ulat, burung atau hewan ternak pemakan daun jagung Bt. Tidak berpengaruh buruk terhadap flora dan fauna dalam tanah dan sekitarnya. 
Kelompok pro-GM bersikeras, tanaman GM dan produk olahannya aman dan menguntungkan  dan patut dimasyarakatkan produk transgenik tersebut. Pertengahan 1990-an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman GM yang diklaim mengurangi pemakaian pestisida dan ramah lingkungan,  seperti : jagung Bt, kapas Bt, dan kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida.  Tanaman GM tahan hama, memiliki keuntungan ganda. Karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu. Terutama ulat bulu dan hama penggerek yang menggerogoti tanaman Bt, tapi tidak berbahaya bagi organisme lain.
Jenis Tanaman Transgenik yang Dikembangkan diberbagai Negara
            Tanaman transgenik mulai ditanam secara komersial di Cina, lewat jenis tembakau, tahun 1992. Pada 1994 tomat lambat matang (awet segar) Flavr  Savr menjadi produk GM pertama yang ditanam untuk dipasarkan di AS. Sejak itu, areal berbagai jenis tanaman GM melonjak. Tahun 2000, melonjak sampai 11% (setara 4,3 juta ha), dan areal tanaman GM seluruhnya 44,2 juta ha (Scientific American, April 2001).  Dari total 44,2 juta ha, 33,5 juta ha ada di negara industri, dan 10,7 juta ha di negara berkembang. AS sebagai negara produsen tanaman GM terbesar (68% dari total areal GM dunia), terdiri atas tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Argentina (23%, meliputi kedelai, jagung, dan kapas transgenik), Kanada (7%, kedelai, jagung, dan kanola transgenik), Cina (1%, tanaman kapas transgenik). Negara lainnya (1%), meliputi Afrika Selatan (jagung dan kapas GM), Australia (kapas GM), Rumania (kedelai dan kentang GM), Meksiko (kapas GM), Bulgaria (jagung GM), Spanyol (jagung GM), Jerman (jagung GM), Prancis (jagung GM), Uruguai (kedelai GM). Sementara di negara Asia belum tercatat.  Dewasa ini ada lebih dari ratusan produk bioteknologi modern, dan lebih dari seratus produk pertanian pangan telah dipasarkan (US FDA, Center for Food Safety and Appiled Nutrition, CFS-AN handout: 1995 dalam Berita Bumi, Desember 2000).
PESIMISME TRANSGENIK
            Adanya tanaman transgenik menimbulkan berbagai komentar miring padanya. Dari berbagai sudut pandang masyarakat, mulai dari sosial ekonomi sampai dengan religius. Adanya tanaman transgenik ini dikhawatirkan bisa menjadi ancaman terhadap pertumuhan varietas asli tanaman. Tanaman transgenik (GM) akan menyebarkan serbuk sarinya hingga terjadi persilangan dengan tanaman lokal. Hal ini mengancam keanekaragaman hayati tanaman lokal. Perkembangan GM menguntungkan perusahaan pengembang, sedangkan petani kecil semakin terdesak.
Salah satu tanaman transgenik yang ada adalah jagung. Ilmuwan Swiss menyimpulkan, tanaman jagung Bt merugikan serangga bermanfaat dan racun Bt terakumulasi dalam tanah sehingga merugikan ekosistem tanah. Juga penanaman secara luas varietas Bt mempercepat terjadi evolusi resisten racun Bt pada hama serangga. Sekali hama menjadi resisten terhadap racun Bt, akan sulit mengefektifkan pengendalian hama secara hayati. Kalau itu terjadi serentak dan meluas, betapa "evolusi hijau" kedua akan terjadi. Tatanan ekosistem dan kelestarian hayati pun akan terganggu. 
Kenyataan di lapangan bahwa hasil trasngenik akan mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang dikhawatirkan akan memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.Di khawatirkan pada areal tanaman transgenetik sesudah bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir. Kenyataan di lapangan adanya sifat GMO yang disebut cross-polination. Gen tanaman transgenetik dapat ber-cross- polination dengan tumbuhan lainnya sehingga mengakibatkan munculnya tumbuhan baru yang dapat resisten terhadap gen yang tahan terhadap hama penyakit. Cross-polination dapat terjadi pada jarak 600 meter sampai satu kilometer dari areal tanaman transgenic. Sehingga bagi areal tanaman transgenik yang sempit dan berbatasan dengan gulma maka dikhawatirkan akan munculnya gulma baru yang juga resisten terhadap hama tanaman tertentu. Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik dalam tanah bekas penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang bersifat toksis. Jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah.

KLONING
            Manusia bagai dewa, mungkin itu ungkapan yang tepat bagi para ahli yang bisa mengatur lahirnya makhluk hidup. Tapi tidak ada kekuatan yang melebihi Tuhan. Segala yang dibuat manusia pasti ada kelemahannya, itu yang kita temukan pada hasil kloning yang diciptakan manusia. Banyak orang yang telah kenal dengan Dolly. Domba yang merupakan hasil pemikiran para ahli bioteknologi. Domba Dolly yang lahir pada 5 Juli 1996 diumumkan pada 23 Februari 1997 oleh majalah Nature. Pada 4 Januari 2002 di hadapan para wartawan dinyatakan domba itu menderita radang sendi di kaki belakang kiri di dekat pinggul dan lutut atau menderita arthritis. (Kompas, 5/1/02)Kelahiran domba Dolly berkat kemajuan teknologi rekayasa genetika yang disebut kloning dengan mentransplantasikan gen dari sel ambing susu domba ke ovum (sel telur domba) dari induknya sendiri.
Optimisme Kloning
            Dengan adanya cloning ini diharapkan akan ada individu yang memiliki sifat unggul, dolly adalah awal dari penciptaan individu unggul. Kloning ini juga kita temukan dalam pembentukan hormone insulin, yang berguna dalam bidang kesehatan. Pembuatan cloning gen untuk insulin adalah sel pancreas. Dengan adanya pebuatan gen insulin ini akan sangat membantu manusia dalam menangani penyakit diabetes. Bisa dibayangkan bila ilmu ini dikembangkan dengan benar, mungkin bukan cuma diabetes saja yang bisa diobati.
Pesimisme Kloning
            Adanya cloning, dipandang dari kaum religius sebagai penentang kekuasaan Tuhan. Seharusnya tuhanlah yang menentukan akan kehadiran suatu individu didunia ini. Domba dolly yang merupakan hasil cloning yang diharapkan menjadi keturunan yang unggul ternyata juga menderita penyakit attritis. Dan penyakit ini muncul setelah 6 tahun masa hidupnya. Kematian Dolly, si kambing lahir sebagai rekayasa genetik menarik. Dari sumber lain didapat juga informasi bahwa usia dolly yang lahir itu, sama dengan usia dari sel sebenarnya. Jadi, meski baru terlahir, dia sesungguhnya sudah tua. Kloning manusia seutuhnya merupakan kekhawatiran umat manusia yang akan memusnahkan nilai-nilai kemanusiaan. Gen hewan disilangkan dengan gen manusia yang akan memberikan turunan sebagai hewan, yag jelas-jelas menurunkan nilai-nilai kemanusiaan. Penggunaan insulin yang diproduksi dari transplantasi sel pankreas babi ke sel bakteri, serta xenotransplantation yang menggunakan katup jantung babi ditransplantasikan ke jantung manusia memberikan kekhawatiranterhadap mereka yang beragama Islam. 
BAYI TABUNG/BAYI SUPER    
            Mempunyai keturunan merupakan harapan setiap pasangan yang membina rumah tangga. Namun tidaklah semua orang diberikan kemudahan untuk mendapatkan anugrah tersebut. Bagi Pasutri yang normal (tidak mandul) namun sulit mendapatkan keturunan sudah ada jalan yang bisa ditempuh yaitu bayi tabung. Bayi tabung merupakan peleburan sel sperma ayah dan ibu secara in vitro (diluar rahim). Dan bayi super merupakan upaya untuk mendapatkan keturunan yang diinginkan orang tua.
Optimisme
            Adanya bayi tabung dan bayi super ini memberikan harapan baru bagi pasangan suami istri yang tidak memunginkan punya anak bisa punya anak. Sel telur yang telah dibuahi secara invitro dimasukkan kembali kedalam rahim ibu. Bila tidak memungkinkan, dimasukkan kedalam rahim bukan istri suami (inang). Selain bayi tabung, dikenal juga bayi super. Merupakan bayi dengan sifat unggul diperoleh dari sel sperma bukan suami yang merupakan orang yang unggul (sperma enstin dll) sehingga dihasilkan keturnan yang baik dan berkualitas.
Pesimisme
            Hal seperti diatas mendapat tentangan dari banyak orang. Sangatlah tidak etis mengatur kelahiran seorang anak manusia seprti tersebut. Manusia memiliki akal budi dan etika yang melarang perzinahan. Jika menggunakan sel sperma yang bukan suami kita walaupun cuma selspermanya apakah ini bukan perzinahan? Walupun tujuannya untuk mendapatkan bayi yang super. 

           
KESIMPULAN
Adanya suatu pertentangan adalah wajar, setiap orang memiliki susut pandangnya masing-masing. Sesuatu yang baik belum tentu benar, tergantung situasi dan kondisi kapan hal tersebut digunakan. Rekayasa adalah suatu ilmu yang diciptakan, dipelajari, dan dikembangkan oleh manusia. Walaupun ilmu ini digunakan untuk menciptakan layaknya Tuhan, tidaklah akan bisa melebihi kuasaNya. Oleh karena itu pasti akan ada suatu kekurangan yang tercipta dan bisa membahayakan karena ini melibatkan genetic, yang tidak terlihat oleh mata. Namun kita juga tahu kalau para ahli telah melakukan berbagai tahapan penelitian sehingga berani mempublikasikan rekayasa genetika mereka. Kita juga tidak bisa menutup mata dan telinga kalau banyak orang yang telah menerima manfaat dari rekayasa genetika ini.
Kontroversial penggunaan suatu produk teknologi  maju  termasuk bioteknologi  harus dapat diatas secara bijaksana.  Salah satunya dengan pembuatan suatu produk hukum  yang bersifat legal.  Indonesia terkesan lambat dalam  membuat Undang-undang Keamanan hayati.   Pemerintah dapat menerima masukan sebanyak-banyakanya dari masyarakat, kemudian dibuat suatu pedoman standar yang mengikat  dan mempunyai kekuatan hukum tetap dari tanaman transgenik  dan produk olahannya (Mardiana, 2000).
Selain  itu, informasi mengenai  konstruksi dan  evaluasi  tanaman transgenik  dan produk olahannya dipandang perlu.   Seperti  disarankan oleh YLKI dan Konphalindo yang   mendesak pemerintah guna mengambil langkah-langkah  sebagai berikut:
1.       Mengadakan moratorium atas  impor, penjualan dan pelepasan  makanan  dan produk transgenik  hingga ada peraturan yang jelas dan ada bukti keamanannya.
2.      Menyusun Undang-undang keamanan hayati dan pangan
3.      Meratifikasi protokol  Cartagena,  menyusun peraturan  pelaksanaannya dengan menggunakan protokol tersebut  sebagai  standar minimum.
4.      Mengadakan dialog  vertikal  dan horizontal untuk mengambil keputusan tentang arah kebijakan pengawasan riset, uji coba, pelepasan, penggunaan dan monitoring produk transgenik.
5.      Memberlakukan sistem label
6.      Menyusun data base produk dan uji coba  produk transgenik  yang ada   di Indonesia dan menyebarkan informasi  tersebut ke publik




DAFTAR PUSTAKA
Helianti, Is. Diakses 9 oktober 2008. Perang Terhadap Produksi Rekayasa Gebetika, Haruskah? http://ishelianti.wordpress.com/2007/11/09/perang-terhadap-produk-rekayasa-genetika-haruskah/
Inez dan Padi Rekayasa Genetika. Diakses 9 Oktober 2008.  http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0301/25/naper/97249.htm
Sitepoe, Mangku. Diakses 9 Oktober 2008. Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika Telah Menjadi Kenyataan?. http://agorsiloku.wordpress.com/2006/11/13/dampak-penggunaan-hasil-rekayasa-genetika/
Susiyanti. Diakses 9 Oktober 2008. Pro Dan Kontra Tanaman Transgenik. http://tumoutou.net/702_07134/susiyanti.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar